Selasa, 10 Oktober lalu akhirnya aku dan teman-teman kelompok belajar FRS berhasil mendapat data yang diperlukan di RS Sariningsih. Setelah selesai kuliah jam 9, kami menanyakan surat pengantar yang sedianya jadi hari itu. Ee, ternyata suratnya belum jadi juga. Ditambah, surat pengantar yang sudah diserahkan ke RSG Habibie belum disetujui oleh direktur RSnya. Ya udah, daripada kesel berlipat-lipat, aku, Ulfa, dan Omah iseng-iseng jalan ke RS Sariningsih. Dua anggota kelompok lainnya, Wida dan Ayu nggak bisa ikut survei karena ada acara lain yang nggak kalah penting.
Sampai di sana, kita langsung menuju ke kantor yang berisi petingi-petinggi rumah sakit tersebut. Masuk ke kantor kita disambut oleh ibu-ibu PNS yang bekerja di RS milik TNI AD itu. "Boleh-boleh aja, Neng, asalkan nanti kasih tau, ya, obatnya rorombeheun teh naon?", "Apa sih bedanya Farmasi ITB dan Farmasi UNPAD?" Hehehe, itulah dua pertanyaan iseng yang sempat bikin kita tertawa.
Setelah itu kami berbincang sebentar dengan Kepala Humasnya. Beliau mengatakan harus minta izin dahulu dengan atasannya. Itupun bila sudah ada surat pengantar dari ITB. Susah payah kami menjelaskan bahwa surat sudah diminta sejak hari Jumat minggu sebelumnya, tetapi sampai saat ini belum jadi juga. Hehehe, walaupun begitu, bapak ini tampak nggak tega juga bilang 'Tidak' pada kami. Lantas beliau bertemu dengan atasannya, kemudian mengatakan keperluan kami. Singkat cerita, atasannya yang lebih tegas mengatakan bahwa kami tetap tidak boleh wawancara, meskipun hanya sedikit informasi yang kami butuhkan, karena surat pengantarnya tidak ada. Heuh..aku dan Omah sih nampak paham dengan kondisi tersebut. Ya, TNI gitu loh..masak dengan mudahnya ditembus oleh mahasiswi-mahasiswi muda yang ingin survei tanpa surat pengantar dari kampusnya. Sementara Ulfa, yang dari tadi jadi jubir tampak lebih susah menekan emosinya, hehehe. Akhirnya, karena kita nggak bisa mewawancarai bapak Humas, ya..ke mana lagi..pulang dong..Nunggu keputusan RSG aja, begitu kira-kira. Eh, koq sampe depan ruangan IFRS, iseng-iseng kita masuk, pengin liat-liat aja. Setelah menanyakan kepada seorang wanita muda yang duduk di depan etalase. " Mbak, mau ketemu dengan Apotekernya". Lantas mbak itu langsung bilang, " Saya, " dengan senyum ramah dan nggak dibuat-buat. Wah, antara surprise dan gembira, langsung aja kita mulai 'quick survei' tersebut. Meskipun awalnya mbak Ida Widianingsih (apoteker tersebut) mengaku takut salah ngomong karena baru 2 bulan bekerja di situ, ternyata beliau cukup lancar koq menjawab pertanyaan-pertanyan kami. Selain ke IFRS, kami ke bagian Rekam Medik untuk mengetahui sistem rekam medik RS itu kayak gimana. Kalau RS lain nampak sulit sekali mengeluarkan contoh form Rekam Medik (maklum: rahasia!) meskipun hanya form kosong aja, kita dapat loh..contohnya dalam bentuk form kosong. Kata mbak Erna, yang bertugas di bagian Rekam Medik, RS Saringingsih masih menggunakan sistem tertulis biasa untuk rekam medik pasien. Rencananya baru akan mengembangkan sistem komputerisasi untuk rekam medik ini.
Kelima hal yang harus kami dapat dari survei, meliputi klasifikasi RS, jenis penderita yang dilayani, jenis pelayanan, alur pelayanan penderita di RS, dan rekam medik didapat dari wawancara singkat kurang lebih 30 menit tersebut. Singkatnya, RS tersebut tergolong RS Umum pemerintah kelas C, alias hanya melayani pelayanan medik spesialistik dasar, yaitu Penyakit Dalam, Kebidanan dan Penyakit Kandungan, Bedah, dan Kesehatan Anak. Kalau teman-teman yang ingin menanyakan ihwal hasil survei RS Sariningsih, bisa nanya ke kami.
Ya, lumayan menyenangkan bisa jalan-jalan untuk survei ke lapangan. Begitulah kuliah Profesi Apoteker ini, lebih banyak interaksi sosialnya. FYI, semester 1 ini cuma ada 3 mata kuliah: Farmasi Rumah Sakit, Farmasi Industri, Manajemen Farmasi, masing-masing 3 sks. Kuliah cuma dipadatin dari bulan Oktober-Desember, so..satu mata kuliah seminggunya ada 3 kali pertemuan, dengan durasi per pertemuan 2 jam. Makanya, jadwalnya terasa padat. Sisanya adalah Kerja Praktek Profesi yang besarnya 8 sks, dilaksanainnya Januari 2007 nanti. Begitulah, baru dua minggu jalan kuliah, setelah libur 4 bulan-an libur, capee deh..Tiap ada yang bilang, " Lagi sibuk ya?" Ya, gitu deh..Hehehe, bukan sok sibuk, tapi emang bener koq.
Sampai di sana, kita langsung menuju ke kantor yang berisi petingi-petinggi rumah sakit tersebut. Masuk ke kantor kita disambut oleh ibu-ibu PNS yang bekerja di RS milik TNI AD itu. "Boleh-boleh aja, Neng, asalkan nanti kasih tau, ya, obatnya rorombeheun teh naon?", "Apa sih bedanya Farmasi ITB dan Farmasi UNPAD?" Hehehe, itulah dua pertanyaan iseng yang sempat bikin kita tertawa.
Setelah itu kami berbincang sebentar dengan Kepala Humasnya. Beliau mengatakan harus minta izin dahulu dengan atasannya. Itupun bila sudah ada surat pengantar dari ITB. Susah payah kami menjelaskan bahwa surat sudah diminta sejak hari Jumat minggu sebelumnya, tetapi sampai saat ini belum jadi juga. Hehehe, walaupun begitu, bapak ini tampak nggak tega juga bilang 'Tidak' pada kami. Lantas beliau bertemu dengan atasannya, kemudian mengatakan keperluan kami. Singkat cerita, atasannya yang lebih tegas mengatakan bahwa kami tetap tidak boleh wawancara, meskipun hanya sedikit informasi yang kami butuhkan, karena surat pengantarnya tidak ada. Heuh..aku dan Omah sih nampak paham dengan kondisi tersebut. Ya, TNI gitu loh..masak dengan mudahnya ditembus oleh mahasiswi-mahasiswi muda yang ingin survei tanpa surat pengantar dari kampusnya. Sementara Ulfa, yang dari tadi jadi jubir tampak lebih susah menekan emosinya, hehehe. Akhirnya, karena kita nggak bisa mewawancarai bapak Humas, ya..ke mana lagi..pulang dong..Nunggu keputusan RSG aja, begitu kira-kira. Eh, koq sampe depan ruangan IFRS, iseng-iseng kita masuk, pengin liat-liat aja. Setelah menanyakan kepada seorang wanita muda yang duduk di depan etalase. " Mbak, mau ketemu dengan Apotekernya". Lantas mbak itu langsung bilang, " Saya, " dengan senyum ramah dan nggak dibuat-buat. Wah, antara surprise dan gembira, langsung aja kita mulai 'quick survei' tersebut. Meskipun awalnya mbak Ida Widianingsih (apoteker tersebut) mengaku takut salah ngomong karena baru 2 bulan bekerja di situ, ternyata beliau cukup lancar koq menjawab pertanyaan-pertanyan kami. Selain ke IFRS, kami ke bagian Rekam Medik untuk mengetahui sistem rekam medik RS itu kayak gimana. Kalau RS lain nampak sulit sekali mengeluarkan contoh form Rekam Medik (maklum: rahasia!) meskipun hanya form kosong aja, kita dapat loh..contohnya dalam bentuk form kosong. Kata mbak Erna, yang bertugas di bagian Rekam Medik, RS Saringingsih masih menggunakan sistem tertulis biasa untuk rekam medik pasien. Rencananya baru akan mengembangkan sistem komputerisasi untuk rekam medik ini.
Kelima hal yang harus kami dapat dari survei, meliputi klasifikasi RS, jenis penderita yang dilayani, jenis pelayanan, alur pelayanan penderita di RS, dan rekam medik didapat dari wawancara singkat kurang lebih 30 menit tersebut. Singkatnya, RS tersebut tergolong RS Umum pemerintah kelas C, alias hanya melayani pelayanan medik spesialistik dasar, yaitu Penyakit Dalam, Kebidanan dan Penyakit Kandungan, Bedah, dan Kesehatan Anak. Kalau teman-teman yang ingin menanyakan ihwal hasil survei RS Sariningsih, bisa nanya ke kami.
Ya, lumayan menyenangkan bisa jalan-jalan untuk survei ke lapangan. Begitulah kuliah Profesi Apoteker ini, lebih banyak interaksi sosialnya. FYI, semester 1 ini cuma ada 3 mata kuliah: Farmasi Rumah Sakit, Farmasi Industri, Manajemen Farmasi, masing-masing 3 sks. Kuliah cuma dipadatin dari bulan Oktober-Desember, so..satu mata kuliah seminggunya ada 3 kali pertemuan, dengan durasi per pertemuan 2 jam. Makanya, jadwalnya terasa padat. Sisanya adalah Kerja Praktek Profesi yang besarnya 8 sks, dilaksanainnya Januari 2007 nanti. Begitulah, baru dua minggu jalan kuliah, setelah libur 4 bulan-an libur, capee deh..Tiap ada yang bilang, " Lagi sibuk ya?" Ya, gitu deh..Hehehe, bukan sok sibuk, tapi emang bener koq.
No comments:
Post a Comment