Wednesday, October 26, 2005

2046



“Aku mau ke tahun 2046, karena di sana, tak ada satupun yang berubah...”

Itu adalah kalimat pembuka film 2046 yang diucapkan dalam bahasa Jepang. Ucapan itu keluar dari bibir seorang pria Jepang yang baru saja kembali dari tahun 2046, menjawab pertanyaan seorang bapak di bar yang menanyainya, mengapa dia mau ke 2046.. Selama ini, perjalanan ke sana yang ditempuh dengan kereta itu tak menyisakan seorangpun untuk kembali ke masa kini. Tetapi, mengapa pria Jepang ini bisa kembali? Dia menunduk tak bersuara. Dia pergi ke 2046 untuk bertemu kekasihnya. Sepanjang perjalanan, yang menemaninya hanyalah robot penjaga kabin yang berwajah mirip dengan kekasihnya itu. Untuk melepaskan kegelisahan dan hasratnya, dipeluk dan diciumnya robot penjaga kabin itu. “Apakah kau mencintaiku?” tanya pria Jepang ini pada robot cantik bermata bulat itu. Sang robot hanya terdiam.

Kira-kira sebulan yang lalu aku nonton film 2046. Tertariknya gara-gara pemeran utamanya Tony Leung dan Zhang Ziyi. Wah, kapan lagi mereka main bareng selain di HERO? Dari cover VCDnya sudah diduga, di film ini ada hubungan asmara antara Tony dan Ziyi. Gimana enggak? Posisinya lagi pelukan... Dan yang ini tentu saja background suasana udah beda dari HERO. Kalo HERO mengambil setting waktu dinasti Qing, film ini menceritakan suasana kehidupan di Hongkong tahun 60-an. Yang bikin penasaran, film ini sudah banyak dapat nominasi di ajang festival film, salah satunya Festival Film Cannes.
Wah, ternyata film yang beroleh penghargaan belum tentu membuatku betah menonton. Memang sih, sampai selesai aku nonton. Tapi, sambil nontonnya itu aku minum dulu, sambil makan, sebentar-sebentar rewind karena gak ngeh sama ceritanya, dan kadang harus menekan fast forward karena ada adegan yang dewasa banget, gak pantes dilihat ama anak kecil. Adikku kan ikut nonton. Ntar bisa-bisa aku dimarah Ibu, dituduh meracuni adik dengan tontonan aneh, atau apalah. Aku hanya berandai-andai. Karena toh tanganku sudah sigap mempercepat perputaran cakram digital di CD ROM merk LG itu, bila sekiranya akan ada adegan hot. Hah, panas!!
Mungkin bagi penikmat film mandarin, atau fansnya Tony Leung (termasuk gw gitu loh), atau fans artis lain di film ini pasti udah nonton. Yang belum nonton bingung kali yee, mendengar komentar yang kulontarkan pada Sesil tentang film ini, “ Alur filmnya maju mundur gak karuan. Nggak cocok untuk qta2 yang terbiasa berpikir sistematis dan kronologis.” Lah, apa pula itu? Bicaraku sok ahli bahasa pisan. Sesil ketawa. Semula dia mau ke rumah untuk nonton film itu bareng, tapi gak jadi coz udah kesorean. Untung gak jadi, kalau dia nonton gimana gak bingung, aku aja sampai puyeng ngeliatnya. Daripada kalian tambah bingung, ini kuceritain sesuai dengan yang kutonton dan kumengerti.
Tokoh sentral 2046 adalah Chow (Tony Leung), seorang penulis novel seks (aduh, nggak banget deh!) asal Hongkong yang bermukim di Singapura. Sayang, karyanya tidak terlalu diminati, sehingga dia terpaksa nyambi judi, walaupun sering kalah, dan akhirnya: utangnya tambah banyak. Suatu hari dia bertemu dengan seorang wanita bersarung tangan hitam, Su Li Chen (Gong Li) yang membantunya melunasi hutang. Di antara mereka lalu terjadi hubungan cinta gelap yang aneh, walaupun Li Chen sudah bersuami. Tapi akhirnya, Chow mutusin untuk pindah ke Hongkong, untuk mengais rezeki di sana. Su Li Chen mengizinkannya pergi, meskipun hatinya kacau. O iya, diceritain juga, pas dulunya di Hongkong sebelum ke Singapura, Chow juga punya kekasih bernama Su Li Chen (Maggie Cheung). Cuma tambahan aja sih. Maggie juga nongol cuma satu adegan di taksi, lagi bobo di pangkuannya Tony. Aduh, HERO banget ga sih?? Can Jian dan Fei Xue kan pasangan abadi, hahaha...!
Setelah pindah ke Hongkong, Chow kalo gak salah kerja di sebuah surat kabar. Dia tinggal nomaden dari satu penginapan ke penginapan lain. Suatu hari, saat lagi dugem (duh, dah STW koq dugem) di bar, Chow mengenali Lulu (Karina Lau) (nah, inilah pacar Tony di kehidupan nyata!) seorang pelacur yang pernah berteman dengannya waktu di Singapura. Chow dan Lulu berbincang sampai akhirnya Lulu sedih ketika pembicaraan menyangkut masa lalu Lulu dengan seseorang (baca: pacar lamanya) di Singapura. Karena sedih, Lulu mabuk2an sampai harus dianterin pulang ke hotel oleh Chow. Lulu tinggal di Hotel Oriental kamar no.2046. Ternyata, pacarnya Lulu cemburu (entah pada Chow atau pada pacar lama Lulu), trus membunuh Lulu, tak lama setelah Chow pergi.
Setelah kematian Lulu yang misterius, Chow tiba2 tergelitik menulis sebuah novel baru berjudul 2046. Alasannya: tertarik dengan nomor itu. Tadinya ia mendesak mau ngebooking di kamar 2046, tapi tidak diizinkan oleh pemilik hotel karena harus dibersihkan dari bekas-bekas pembunuhan Lulu. Akhirnya Chow tinggal di kamar 2047.
Beberapa waktu berselang, dari kamar 2046 terdengar suara wanita sedang bicara dalam bahasa Jepang. Rupanya itu adalah Jing (Faye Wong), anak pemilik hotel yang cantik, tapi nyaris gila karena tidak diizinkan berhubungan dengan pacarnya karena ayahnya sangat anti Jepang. Nggak tau kapan, Jing sudah tidak di kamar itu lagi. 2046 lalu ditempati oleh Bai Ling (Zhang Zi Yi), pelacur yang bodinya seksi dan bikin semua pria nggak tahan untuk nyolek... Chow emang ngedekatin Bai Ling duluan, seperti layaknya mencari hiburan biasa. Nah, adegan yang kusebut dewasa tadi 99 % adegan Chow dan Bai Ling ini lo! Setelah beberapa bulan , Bai Ling ngaku naksir Chow, tapi Chow biasa aja gak respon. Sepertinya dia emang gak punya cinta. Bahkan ampe si Bai Ling mohon2 segala, plus nawarin kalo mau pake dia gak usah bayar segala. Ih.Di sinilah menyebalkannya...Akhirnya, Bai Ling pun pergi merantau untuk ngelupain Chow, ke Singapura....
Di hotel, Chow akhirnya bisa bercakap2 dengan Jing. Ternyata Jing juga suka menulis, tapi yang ditulisnya cerita silat. Jing minta bantuan Chow untuk mengajarinya lebih baik lagi dalam menulis. Chow merasa semangat, seperti punya asisten sendiri...Jadilah Jing akrab dengan Chow, termasuk curhat tentang pacarnya yang orang Jepang itu. Chow malah nawarin diri untuk jadi perantara surat menyurat mereka, biar gak ketahuan ayahnya Jing. Saking akrabnya, Chow membuatkan novel khusus untuk Jing, judulnya 2047. Hehehe... pelesetannya 2046, tapi gak diceritain isinya apa.
Sementara novel 2046 terus dilanjutkan...Di dalam novel itu diveritakan seorang pria yang telah berjanji bertemu kekasihnya di tahun 2046. Dan perjalanan ditempuhnya dengan sebuah kereta misterius...Tokoh di novel ini adalah orang-orang di sekitar Chow. Si pria itu tak lain dan tak bukan adalah kekasih Jing, ya, yang orang Jepang itu. Ada juga muncul Lulu, tapi sekilas doank. Ceritanya Lulu jadi salah satu robot pelayan juga di kereta misterius itu, seperti Jing.
Hmm, gimana?? Udah paham? Aku juga bingung sih.
Setelah akrab sama Chow, Jing happy banget, sampai akhirnya dia memberanikan diri ke Jepang nyusul pacarnya. Tau2 ada kabar kalo Jing dan pacarnya akan menikah. Ayah Jing akhirnya luluh, malah setuju banget, entah kenapa koq cepet banget berubahnya...
Chow nyadar dia gak senang tapi juga nggak sedih, karena sebenarnya dia telah mencintai Jing. Akhirnya dia tau, bagaimana mengakiri novel 2046.
“Aku tahu “, kata pria Jepang itu.
“Dia tidak menjawab bukan karena dia tidak mencintaiku, tapi karena dia mencintai orang lain...”

Wah, ceritanya berat ya? Emang. Film ini dibuat dengan potongan adegan yang seperti terpisah-pisah, sengaja disambung dengan sedikit membingungkan penonton kali ya. Yang aku suka dari film ini adalah tokoh Jing yang cantik, semangat, tapi tetap teguh dalam cinta. Sayangnya, dia nggak sadar telah membuat perubahan besar dalam novel 2046.
Menurutku yang jeleknya: Dari segi pengambilan gambar, sepanjang film suasasanya gelap2an gitu, kurang suka, walaupun musik pengiringnya cukup enak didengar....Trus: Zhang Ziyi kayaknya kurang cocok disebut sebagai pemeran utama. Toh dia itu cuma munculnya yang gitu2 aja. Kayak di HERO juga, cuma jadi cewek pelampiasan Tony. Trus karakter Chow nyebelin banget sih, gonta-ganti cewek mulu, tapi nggak berani ngungkapin cinta ke orang yang disukainya.
Oya, ada yang tau siapa sih yang meranin cowoknya Jing itu? Mukanya sih sepertinya sudah familiar, tapi nggak tau siapa.
=== Aku baru tau, ternyata yang meranin cowoknya Jing itu Takuya Kimura. Sori..sori..abis dia keliatan beda aja gitu...

Saturday, October 15, 2005

Cinta dan Sejuta Pengampunan

Hari Jumat kemarin (14 Oktober 2005), aku nggak bisa dateng mentoring, karena harus ngelanjutin praktikum Farmakokinetik dan Fitokimia. Praktikum Farmakokinetik selesai jam 2-an, trus turun ke himpunan untuk fotokopi bahan jurnal tablet. Habis itu ke lantai 2, nunggu pemantauan ekstrak di Fitokimia sampai jam 5 kurang 15 menit. Wah, sialnya, pas mau ngeringin kertas Whatman, kertasnya terbabit kipas angin. Hiks, sedih sekaligus malu. Kayaknya lagi nggak konsen dari tadi sih. Air di hidung sudah naik turun dari tadi, dan badan panas dikit. Begitu lihat kipas angin, langsung terpikir untuk ngeringin kertas + ngademin diri. Tapi malah....
Oya, kemaren dapat suplemen Ramdhan dari teh Rika. Malu deh, udah nggak dateng mentoring, trus malah repot nganterin suplemen ke lab. Judulnya Cinta dan Sejuta Pengampunan. Ini kutipan isinya:

Kita adalah kumpulan waktu yang makin menipis dari hari ke hari. Perjalanan waktu yang kita tempuh pun makin menyusut. Karenanya, jatah waktu kita makin sedikit. Inilah yang dinamakan kesempatan hidup dan berbuat. Kelak kita diberi kesempatan untuk menuai hasilnya. Hidup di dunia (bagi manusia) bagaikan perjalanan. Bagi kita yang sudah menempuh jarak ± 20-30an tahun, tentu banyak menemukan berbagai pengalaman berharga. Namun yang pasti, setiap perjalanan memerlukan sarana. Perjalanan seseorang juga tak mungkin dilakukan tanpa istirahat dan bekal. Kita yang berjalan kaki, dalam menempuh sebuah tujuan pun memerlukan minum dan makan. Mobil yang kita tumpangi juga perlu diisi bahan bakar. Proses ini kita namakan: pembekalan.
Salah satu karunia Allah yang berharga adalah Ramadhan, bulan pembekalan. Bahwa setiap tahun kita diberi kesempatan. Apa yang terjadi dalam menempuh jarak perjalanan yang kita sendiri kurang tahu panjang pendeknya? Kita hanya tahu tujuan akhirnya saja. Bahkan kita pun tak mengetahui, kapan kita sampai di tempat tujuan tersebut. Peristiwa-peristiwa sepanjang perjalanan tersebut menjadi ghaib kecuali yang telah kita lewati. Semua terhijab. Perjalanan berat ini perlu kesiapan mental yang kuat. Karena bisa jadi kita tersesat di tengah jalan atau melakukan kesalahan yang kadang mengakibatkan kendaraan jadi rusak. Ke mana kita mencari bengkel?
Hanya satu: Allah. Karena hanya Dia yang mencipta dan mengetahui secara detail tentang kita. Lalu, bagaimana kita berinteraksi dengan Allah secara efektif? Bukankah Allah membuka pintu rahmah dan maghfirah-Nya setiap saat?
Bulan Ramadhan merupakan peluang emas. Allah mengistimewakan bulan ini. RahmahNya diluaskan, pengampunanNya dibentangkan. Barang siapa mengejarnya, serius memohon dengan segenap azam, Allah berjanji akan memenuhinya. Bukannya Allah yang menyuruh kita untuk berdoa? Bukannya Dia juga yang berjanji mengabulkannya? Bukannya Dia pula yang memberitahu kedekatan itu? Dekat tanpa jarak dan perantara. (QS. 2: 186)
Bulan yang pintu perbaikan senantiasa dibuka. Dengan segala kelapangan Allah menerima siapa saja. Bagi pemburu kebaikan, Allah mempersilakan. Bagi pelaku dosa, Dia bersedia mengulurkan maghfirahNya. Lantas, syaithan manakah yang menbisikkan keputusasaan itu? Bukankah syaithan pun terbelenggu di bulan ini? Itu hanya bisikan nafsu yang terbiasa dengan buaian hawa dan kelezatan fana. Atau keraguan yang sempat bersemi di hati yang sedang sakit. Bukankah hati seperti ini perlu siraman. Ke mana lagi hendak dicari , jika bukan mulai saat ini. Hanya satu yang tak diberi kesempatan, mereka yang berputus asa dari rahmat-Nya. Sungguh bodoh orang yang tak mau memanfaatkan bila Allah telah menyediakan bekal perjalanan sementara kita tidak mau mengambilnya. Atau tak mampu karena keterlambatan dan keteledoran yang kita lakukan.
Jangan sampai kita termasuk orang yang disabdakan Nabi SAW. ”Merugilah orang yang menjumpai Ramadhan, sedang dosanya belum diampuni.” Jika kita beristighfar setiap hari seratus kali, selama bulan Ramadhan, akan terkumpul istighfar sebanyak 3000 kali pada bulan ini. Namun bila Allah memberi kesempatan kita untuk bertemu dengan lailatul qadar, koleksi istighfar kita akan mencapai 3.000.000 selain 3000 yang telah kita hitung. Dengan sejumlah istighfar tersebut akankah dapat menebus kesalahan dan kekhilafan yang pernah kita lakukan? Enggan bersyukur. Maksiat mata yang mengkhianati kebesaranNya. Dosa lidah yang tajam melukai kelembutan cintaNya pada makhlukNya. Telinga yang mendengar pergunjingan kemungkaran. Kaki yang melakukan kezhaliman. Tangan yang menghalangi kebaikan. Belum segudang gerutu hati mengomentari keputusan dan takdirNya. Allah tak perlu angka-angka di atas. Itu hanya refleksi keleluasaan cintaNya dalam memotivasi hambaNya untuk melawan keputusasaan. Bukankah kelipatan tersebut hanya Dia yang paham? Kita hanya diberitahu perkiraan saja.